October 14, 2015

Garuda Indonesia dan Nostalgia Masa Kecil


Masih jelas saya mengingat ketika masih kecil, naik pesawat adalah salah satu impian besar saya dalam hidup. Bunyi pesawat selalu menjadi pembangkit semangat saya dan anak-anak kampung, kami akan berhamburan keluar rumah dan melambaikan tangan sambil teriak sekuat tenaga. Pernah suatu malam saat saya masih berstatus murid kelas 3 SD di sebuah sekolah yang tidak begitu diperhitungkan, di sebuah kampung kecil di Kepulauan Riau, saya duduk sendiri di teras setelah adu mulut dengan adik. Pastilah karena masalah murahan karena saya tidak bisa mengingatnya sekarang. Saya duduk sambil sesekali mengusap air mata yang lewat di pipi. Ah, pastilah saat itu rasanya seperti di sinetron. Ditemani suara jangkrik dan bunyi angin malam yang saya sukai. 

Di tengah-tengah pikiran yang berkecamuk, tiba-tiba sebuah pesawat melintas tepat di atas kepala saya. Tentu jaraknya sangat jauh, tapi kepala saya harus mendongak lurus ke langit untuk menemukan sebuah benda kecil dengan lampu kerlap-kerlip melintas membelah langit malam yang bertabur bintang. Meskipun saya lupa dengan detail kejadian malam itu, namun sepotong momen ini masih terekam jelas di benak saya. Seketika saya merasa sangat beruntung, karena pemandangan seperti itu adalah kali pertama saya lihat. Pesawat yang melintasi langit malam bertabur bintang. Bahkan beberapa menit setelah pesawat itu hilang dari pandangan dan suara di sekeliling saya kembali diisi hanya oleh jangkrik dan semilir angin, saya masih tersenyum. Rasa seperti berada dalam sinetron, jadi naik pangkat ke layar lebar. 

September 24, 2015

Catatan Shalat Idul Adha

Lapangan Kantin sudah disesaki manusia berpakaian dominan putih saat saya memasuki area tersebut. Shaf kosong tinggal sedikit, dan tentu letaknya di belakang. Saya dan jamaah perempuan yang hampir terlambat lainnya berjalan beriringan mencari keberuntungan menemukan tempat yang kering. Padang Panjang kemarin diguyur hujan, sehingga tanah lapangan cukup banyak yang digenangi air. Beberapa jamaah yang sudah duduk rapi dan cantik dengan mukenah bersihnya terlihat nyaman membentangkan sajadah di atas plastik transparan dengan tanah becek di bawahnya. Saya kebetulan tidak membawa apa-apa selain sajadah, mukenah dan dompet. Saya terus melangkah melewati barisan manusia untuk menemukan tempat yang cukup nyaman, setidaknya tidak lembab atau becek. Memindai dengan mata ternyata tidak mudah, karena tertutupi jamaah yang berdiri dan berjalan dengan tujuan yang sama seperti saya. 

Di panggung mini di muka lapangan, bapak kepala Departemen Agama sedang menyampaikan ceramah. Saya tidak bisa menyimak lantaran masih harap-harap cemas dengan spot saya shalat nanti. Ceramah lalu digantikan oleh bapak Walikota. Pertanda setelah ini shalat akan dimulai. Alhamdulillah beberapa menit setelah Muqaddimah, saya menemukan spot yang pas. Kering. Saya bentangkan sajadah dan memasang mukenah hadiah mahar dari suami tercinta. Pidato bapak Walikota banyak berisi informasi seputar perkembangan kota dan acara pengganti open house yang rutin beliau laksanakan setiap Idul Adha. Saya berdiri dan memotret situasi. Satu foto. Dua foto. Cukup. Saya amati sekitar saya. Ibu-ibu banyak yang sibuk dengan anaknya yang tampak bersih dan harum. Anak muda berselfie ria. Yang tampak menyimak pidato hanya mereka yang sepertinya sudah berumur. 

June 29, 2015

Mengelola Keuangan Keluarga (Kecil): Sebuah Perspektif


Manajemen finansial adalah istilah yang masih terkesan mewah dan terdengar menakutkan bagi banyak orang. Bagi keluarga yang berpenghasilan pas-pasan, istilah ini mungkin tidak pernah terpikirkan. Apa sih yang mau dikelola? Uang bulanan saja sudah pas-pasan untuk makan dan keperluan primer, gimana ceritanya mau bahas manajemen finansial? 

June 19, 2015

Ramadhan, Glad to See You Again


Alhamdulillah... Praise Allah for another chance to be experiencing Ramadhan. Senang sekali rasanya masih bisa merasakan berada di dalam bulan mulia ini... Bulan di mana semua pahala ibadah dilipatgandakan, dan satu-satunya bulan di mana kita semua memiliki kesempatan mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadr. 

Ramadhan kali ini terasa berbeda bagi saya. Selain perubahan status yang sudah berubah menjadi istri, saya juga sudah resmi menjadi mom to-be (dengan prediksi persalinan bulan Desember 2015). Dengan usia kandungan yang baru memasuki bulan ke-4 serta kondisi kesehatan saat ini, saya belum siap mengambil risiko menjalani puasa. Bagaimana bisa siap kalau ketika lapar saja tangan saya bisa sampai gemetaran? Jangan ditanya sedihnya perasaan saya, tapi Alhamdulillah muslimah yang sedang hamil diberi kemudahan dalam Islam. I seriously do not want to take any risk for my baby. Harapan saya... Semoga seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, saya semakin kuat dan akhirnya bisa menjalani puasa (meskipun hanya beberapa hari) dalam bulan ini, terutama di 10 hari terakhir. Amiiiin ya Allah.... 

June 18, 2015

Film Jadul: Sederhana dan Apa Adanya


Ketika SD, saya adalah salah satu penggemar film P. Ramlee di keluarga saya. Selain saya? Cuma nenek sih yang suka. Hehehe... P. Ramlee menurut saya adalah pelopor perfilman komedi Melayu. Waktu itu saya masih tinggal di Kepulauan Riau, dengan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Film-film P. Ramlee (bajakan tentunya) memenuhi tempat keping CD di rumah. Favorit kita adalah serial Bujang Lapok. 

Kalau film B&W Hollywood cuma adik saya yang nomor 2 (kelas 2 SMA) yang suka. Kita semua heran darimana dan sejak kapan dia jadi pecinta film jadul. Saya hanya ingat tiba-tiba di suatu siang, waktu dia masih kelas 1, adik saya tertawa-tawa sendiri seperti biasa, dengan mata terpaku pada handphone layar 4 incinya. Saya yang waktu itu sedang sakit kepala langsung memintanya diam. Bukannya diam, dia malah semakin menggila. Saya bangun dan menghampirinya di kamar, lalu tanpa sengaja melihat layar handphone yang sedang ia pelototi. Anyway, kamu punya teman/saudara nggak yang ketawanya bikin kamu sulit banget untuk nggak ikut ngakak? Adik saya ini begitu orangnya. Tawanya seperti kuda, dan wajahnya yang sedang tertawa benar-benar hancur. Saya sulit memarahinya lebih dari 5 detik karena pasti saya kehilangan akal mencoba tampak marah, karena dalam hati udah mau ketawa atau... ditertawakan (kata adik-adik, saya kayak badut kalo lagi marah -_-). Sebelum mulut saya terbuka untuk memarahinya dan memintanya diam, dia tertawa lagi dan aaaarrghhh... Bibir saya malah senyum tanpa disuruh... Susah bangeeet marahin anak yang satu ini!! Ternyata dia menyadari kehadiran saya di pintu kamar. "Eh, ngapa kak?" dengan wajah suci tanpa dosa. "Jangan ribut. Kakak mau tidur, saki....," belum selesai, saya langsung dipotong, "Kak, kak, kak, kak. Lihatlah sini ada film lucu" lalu berdiri dan menyodorkan layar hp Cina-nya ke muka saya. Film bisu Charlie Chaplin tahun 1923 yang gerakan manusianya dipercepat 5x dan hanya diiringi musik, no conversation at all. 

April 09, 2015

Home sweet home I come

Picture taken before going to Padang

The last time I went home was for my wedding day, 27th December 2014. Didn't feel that long ago, but having a husband whose heart attached to home, on last Thursday we decided to pack our bag and go to my hometown. 

We went to Padang to catch the car that will take us to Pintu Padang. which was scheduled at 17.00. Abang, how I call my husband, insisted on going to Padang earlier because we had to eat at his favorite Angkringan Jogja before leaving. Of course, I couldn't say no. It was food! Arrived at Padang just in time. One hour left before the car promised to pick us up. We ate in rush since the driver kept calling me asking if they could pick as soon as possible. We thought, oh okay. The sooner the better. So came the driver and to my village we went! Yaaay...

Except... That's not exactly what we thought would happen. 

February 25, 2015

Mengenang Papa

Pada akhirnya kita semua akan kembali kepada Sang Pencipta yang Maha Rahmah.

Seseorang yang baik akan pergi dengan cara yang baik, meninggalkan kesan yang positif dan nama yang akan selalu patut dikenang. 

Perkenalan saya dengan Papa (mertua) tidak berlangsung lama. Sebelum menikah, hanya 3 kali saya sempat berjumpa dan bercakap-cakap dengan beliau. Setelah menikah, hampir setiap hari saya ke rumah mertua bareng suami, tapi beliau adalah kepala sekolah dengan jadwal yang cukup padat. Namun setiap berjumpa, saya selalu disuguhkan wajah ceria dan gurauan yang membuat saya sulit berhenti tertawa.