January 26, 2014

Terhenti di Malalak

Malalak, what is it? No, bukan 'malala' tapi saya ke daerah ini memang waktu itu dalam rangka malala (jalan-jalan tanpa tujuan). 

Malalak adalah daerah (kecamatan mungkin) di antara Pariaman dan Padang Pariaman. Saya melewati tempat ini karena ingin tahu jalan ke Bukit Tinggi dari Pariaman selain lewat jalur biasa, yang kalau macet bisa seharian. Kabarnya tempat ini lumayan angker. Banyak cerita-cerita horor yang diceritakan teman sepanjang jalan. 

Setelah makan siang di tepi sungai (nasi warung kita bawa ke tepi sungai, to be exact), kita jalan dan ketika sampai di jalan yang baru dilebarkan, kabut sangat tebal dan semua kendaraan berhenti. Saya pikir karena kabut, karena jarak pandang saat itu tidak sampai 3 meter. 



Jadi, dengan hp yang dilengkapi kamera tentu momen ini tidak saya sia-siakan. Inilah pemandangan yang lumayan membuat rambut kuduk berdiri. 



Kita duduk-duduk di tepian jalan, di sampingnya ada setengah meter tanah bebatuan, kalau terpeleset dikit aja, innalillah. 



Kabutnya tebal banget yak, sampai saya terlihat seperti berdiri menghadap dinding putih. 

Well, ternyata orang pada berhenti di sana karena ada perbaikan jalan. Jalan rusak parah, dan akan semakin parah kalau dipaksa dilewati dalam kabut setebal itu. Jam 5 sore, ketika jam para pekerja sudah selesai, semua diperbolehkan lanjut meski kabut ternyata semakin tebal. It was creepy as hell, as my friend also told me... Lewat jam maghrib udah ga boleh lagi lewat situ karna udah 'ramai'. Well, you know what kind of crowd. But we made it. Tembusnya ke simpang yang kalo ke kiri menuju Puncak Lawang dan ke kanan ke Bukit Tinggi. Hehe... Bahasa saya. 

Talking about being lost or finding new places, bagi saya selalu menyenangkan ketika saya mengalami hal seperti ini. I couldn't help but smile along the way back home. Tidak peduli itu jalan sudah dilalui banyak orang, tapi itu adalah jalan yang baru saya temui. And it feels good. 

No comments: