May 04, 2014

Kelas: Ruang Tidur Paling Nyaman

Fenomena murid tidur di kelas bukanlah hal baru bagi siapapun. Termasuk saya, yang dulu selalu memilih kursi paling belakang agar bisa tidur nyenyak. Tidak heran jika teman-teman SMA dulu menjuluki kelas sebagai tempat tidur paling nyaman. Salah satu alasan kenapa seseorang bisa tidur nyaman adalah: lelah dan bosan. Hal ini jadi tanda tanya besar bagi kita semua. Haruskan kelas, yang sejatinya adalah ruangan tempat menuntut ilmu bekal hidup, yang mendapat julukan ini?

Saya yakin, terlalu banyak orang lain yang bertanya-tanya tentang fenomena ini. Dan bahkan sudah banyak yang melakukan gerakan pendobrak untuk membuat kelas menjadi tempat yang asyik. Kelas didesain sedemikian rupa agar terasa 'segar' dan membuat mata tidak  bosan. Dinding kelas dicat warna-warni, ditambah dengan poster-poster menarik yang diharapkan bisa mendobrak semangat belajar murid. Bermacam-macam alat multimedia berharga jutaan rupiah disediakan untuk menciptakan suasana belajar yang baru, sekalian agar mengindari 'ketinggalan zaman'. Tapi, apakah hasilnya seindah yang diinginkan? Saya rasa masih sangat jauh dari harapan. Masih banyak saja murid yang menguap dengan mata merah dan muka sembab. 

Melihat fenomena ini, saya sulit untuk tidak berkaca pada diri saya beberapa tahun lalu. Saya bisa dikategorikan murid yang cukup nakal. Sama seperti yang lain, saya sangat bosan duduk mendengar guru di depan kelas, dengan pena dan buku di hadapan saya. Saya sering permisi hanya untuk menghirup udara segar di luar dan mencuci muka di kamar mandi. Bahkan, wali kelas sudah pernah memanggil saya karena kebiasaan permisi terlalu lama (a.k.a. cabut). Tapi, apalah daya saya yang pembosan ini? Saya tidak bisa berhenti permisi jika kegiatan di kelas melulu hanya begitu. 

Tapi... Justru minat belajar saya naik drastis. Saya tidak hanya cabut ke kamar mandi, tapi sering juga ke perpustakaan. Saat itu saya baru kelas 2 SMP, saat saya menyadari bahwa membaca adalah hobi yang terlalu menyenangkan! Saya menemukan buku-buku yang jauh lebih menarik dibanding buku yang saya pelajari di kelas, meskipun dengan topik yang sama. Aneh, bukan? Belajar metamorfosis di kelas membuat mata saya berputar. Belajar metamorfosis sendiri dari buku yang berbeda dari yang 'disuruh' guru, tiba-tiba semua jadi menarik! Berikan saya 10 soal Bahasa Indonesia untuk dikerjakan di kelas, saya akan selesaikan dalam 4 jam. Berikan saya 100 soal bebas (tanya sendiri jawab sendiri), lalu saya akan dengan senang hati membaca buku apa saja. Benar-benar aneh. 

Mungkinkah minat belajar murid menjadi loyo karena mereka mempelajari hal-hal yang tidak bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? Dan karena pembelajaran mereka dikotak-kotakkan dan dibatasi? 

Tapi (lagi)... Saya masih sangat jelas ingat semangat belajar saya dan teman-teman. Meskipun tidak semua yang suka mengabiskan waktu di perpustakaan yang sunyi, banyak sekali teman saya yang sangat gemar berdiskusi di luar kelas. Kita tidak punya banyak fasilitas masa itu, dan kita juga tidak banyak melibatkan guru (kita menemui guru hanya jika ada pertanyaan yang sulit sekali kita jawab), tapi yang terekam hangat di kepala saya tentang kenangan sebagai seorang murid adalah masa-masa di luar kelas seperti itu.  

Mungkinkah kantuk dan bosan yang terlihat biasa di kelas disebabkan ruang kelas itu sendiri?

Hm... Tidak melulu begitu. Saya tidak ingat bahwa saya pernah bosan di beberapa mata pelajaran. Dan itu bukan mata pelajaran favorit saya. Tauhid. Guru saya untuk mata pelajaran ini tidak banyak bicara, beliau lebih banyak tersenyum dan sesekali melontarkan pertanyaan yang membuat kepala saya panas! Apa jawabannya? Beliau lagi-lagi hanya tersenyum. Lalu memberi pertanyaan verbal lagi. Kepala saya tambah panas!! Apa jawabannya, Bu? Tentu saja, lagi-lagi beliau tersenyum. Dan keluar kelas. Tahu apa yang terjadi selanjutnya? Seluruh isi kelas sibuk membolak-balik buku dan berdiskusi. Ternyata bukan saya saja yang panas. Sepuluh menit sebelum kelas berakhir, beliau masuk lagi dan memberi sedikit jawaban yang lumayan cukup untuk membuat kami tidak sabar bertemu kelas Tauhid lagi minggu depan. Di luar kelas, apa yang terjadi? Topik di kelas tadi jadi bahan pembicaraan kami bahkan di sela-sela jam istirahat. Buku Tauhid saya adalah satu dari beberapa buku yang paling banyak tergores coretan tambahan. 

Sekarang, apa yang ada dalam pikiran Anda? Sekelompok murid dengan mata berbinar-binar membolak-balik lembaran buku. Murid yang berjalan dengan teman-temannya pulang sekolah sambil mendiskusikan pelajaran. Bukankah hal ini yang semakin jarang kita temukan?

Ruang tidur paling nyaman ini bisa kita ubah jadi ruang tidur paling tidak nyaman. Bagaimana? Bikin murid kita tidak bisa tidur karena banyaknya pertanyaan dalam kepala mereka!

No comments: