May 04, 2014

Global Village, Sebuah Komunitas Belajar

Mungkin masih banyak yang belum tau tentang Global Village atau saya yang terlalu jarang menonton/mendengar berita. Anyway, kemarins aya dan dua teman berkunjung ke sana. 

Global Village. Mendengar namanya mungkin kita langsung teringat Pare di Jawa Timur. Tapi yang ini beda. Namanya saja yang village, tapi GV (singkatannya) adalah sebuah lembaga berisi kegiatan-kegiatan asyik dan menggunakan bahasa Inggris sebagai medium komunikasinya. GV beroperasi mulai Sabtu sore hingga Minggu pagi. Kemarin sih mereka mengadakan bakar jagung dan Minggu paginya hiking ke perbukitan di kaki gunung Merapi. Sayang saya tidak bisa join sampai malam karena harus balik ke Padang Panjang. 

Saya cukup beruntung karena visit pertama kemarin kebetulan pendiri GV, Pak Romeo (DR. Romeo Rissal Pandjialam), sedang berada di tempat. Beliau lahir di kampung kecil tersebut, jadi GV ini menjadi semacam pengabdian bagi beliau di masa tuanya :)

Saya dan teman berbincang cukup lama dengan Pak Romeo. Hampir 1 jam. Beliau banyak menjelaskan tentang filosofi pengajaran bahasa di GV. Beberapa yang saya tahu...

Teachers don't teach, the manage their classes. Lantas siapa yang mengajar? Students. Murid yang lebih paham mengajari temannya yang belum paham. Dan bukan di dalam kelas, tapi di luar. Guru pun tidak duduk bersama murid. Hanya berjalan-jalan memastikan semua sama-sama belajar dengan teman masing-masing. 

GV 'classroom'
Di GV, tidak ada siapapun yang disebut guru. Guru yang ada dalam persepsi kita disebut Princess (According to Pak Romeo, karena suara Princess sangat mahal. Jadi mereka tidak boleh banyak bicara kecuali ditanya). Dan murid yang mendapat tugas mengajari teman-temannya disebut Super Buddy, yang bertanggungjawab terhadap pemahaman dan  progress teman-teman yang mereka ajar. 

Kunjungan Native Sabtu kemarin

Pak Romeo dan kita. 

Kebetulan hari itu Pak Romeo ternyata ulang tahun!


Banyak sekali yang dijelaskan Pak Romeo tentang GV ini, tapi sayang saya bukan pengingat yang baik tanpa sound recorder. It didn't occur to me that I would be needing the device. 

Pemandangan kelas-kelas di GV sangat menginspirasi bagi saya. Murid-murid sangat antusias. Bahkan ada beberapa yang rela jalan kaki 1,5 jam turun bukit ke GV sore kemarin. Beberapa murid bahkan lebih baik pronunciationnya dibanding murid SMP dan SMA kebanyakan. Memang benar kata Pak Romeo, kalau sudah ada motivasi dan attitude, semua proses pembelajaran akan menjadi menyenangkan. 

Saya jadi ingat sebuah artikel yang beberapa hari lalu saya baca. Inti artikel tersebut adalah: untuk mendobrak semangat murid belajar, seorang guru harus lebih fokus membuat mereka senang belajar dan mendorong rasa ingin tahu mereka. Jika guru tersebut sukses melakukannya, maka muridnya akan cinta belajar sampai bertahun-tahun kemudian. Muridnya tidak akan keberatan membaca buku pelajaran di luar sekolah, bahkan duduk berjam-jam di perpustakaan tanpa diminta. 

Apa sih manfaatnya murid disuapin materi sebanyak mungkin yang kemudian hanya membuat mereka jenuh dan bosan? Nggak heran kalau ada yang mengatakan, "tempat paling enak tidur itu di kelas."

Global Village adalah tempat inspirasi, terutama dalam pembelajaran bahasa. Saya sangat merekomendasikan tempat ini untuk jadi kunjungan guru-guru bahasa. :)

No comments: