Tak pernah bosan saya
menceritakan dan menulis tentang Mak dan Ayah. Setiap kali memikirkan mereka,
saya adalah Ainun yang sedang siap-siap berangkat sekolah, memasang tali sepatu
dan melihat Ayah menghangatkan vespa tuanya. Asapnya memenuhi seluruh ruangan
rumah kami yang mungil, membuat pedih mata. Lalu saya akan berdiri di depan, Ayah
mengendarai vespa, adik saya Hafiz di tengah, dan Mak di belakang. Merasakan
dinginnya pagi di pulau kecil yang panas di Kepulauan Riau. Memasuki kelas yang
seringkali masih kosong, duduk di belakang, menunggu teman kelas satu per satu
datang dengan rambut basah sehabis keramas dan bedak yang dipakai terburu-buru.
Entah kenapa penggalan
memori tersebut sangat jelas di kepala saya. Bukan hari istimewa. Pagi yang
monoton, yang terjadi setiap Senin-Sabtu selama 3 tahun, dari saya kelas 3
hingga 6 SD. Selain itu, tak banyak yang saya ingat kecuali beberapa kejadian
penting. Karena setelah lulus SD, saya merantau seorang diri hingga lulus
kuliah. Ingatan saya tentang hidup bersama Mak dan Ayah hanya itu saja. Tiga
tahun.